Senin, 02 Mei 2011

Tokoh Insfiratif Djuniawan Wanitarti Pendiri BANK SAMPAH DI DEPOK

Tokoh Insfiratif
Djuniawan Wanitarti  Pendiri BANK SAMPAH DI DEPOK

Satu Tokoh Inspiratif untuk pengurus RT/ RW dalam pengelolaan sampah yang saya dapat dari rubrik  Koran KOMPAS. Adalah  Djuniawan Wanitarti (44), melawan arus kebiasaan warga. Di kala orang menolak sampah di Iingkungannya, dia malah mendirikan bank sampah. Bank tersebut tidak hanya menerima nasabah dengan tabungan beragam sampah, tetapi juga menyediakan pelatihan pengolahan sampah.


Motivasi Djuni demikian panggil­an akrabnya mendirikan bank sam­pah adalah dorongan untuk mandiri. Ibu dua anak ini jengah melihat sam­pah yang dikelola begitu-begitu saja: dibuang di tempat sampah, menyebar­kan bau busuk, lalu ditimbun di tempat pembuangan. Sebatas itukah kemam­puan warga menghadapi sampah?
Djuni tidak percaya sampah hanya bisa dibuang. Pengolahan sampah su­dah berjalan baik di sejumlah daerah di Indonesia, mengapa di Depok, Jawa Barat, tempatnya bermukim, tidak de­mikian. Dia ingin mengajak warga se­tidaknya para tetangga satu RT di Perumahan Griya Lembah Depok, Ke­camatan Sukmajaya, Kota De­pok mengolah sampahnya sendiri.
Tanggal 16 Maret 2008 Djuni men­dapatkan momentum. Dia meman­faatkan posisinya sebagai istri Maryono (47), Ketua RT 3 / 24 Ke­lurahan Abadi Jaya, Kecamatan Suk­majaya. Pada pertemuan dengan war­ga, Djuni menyampaikan gagasan mengolah sampah secara mandiri.
Ajakan ini semula ditanggapi dingin.karena mereka menganggap sampah hanya membuat kotor sehingga harus cepat dibuang dari rumah. Djuni terus meyakinkan tetangganya. "Saya tahu, tidak semua warga mempunyai pe­mahaman yang sama soal sampah," tuturnya.
Agar tidak membebani, dia mena­warkan warga menggunakan dana kas RT untuk membeli keranjang taka­kura. Keranjang takakura adalah ke­ranjang untuk mengolah sampah rumah tangga menjadi kompos. De­ngan keranjang itu, warga mulai mem­biasakan mengolah sampahnya sen­diri.
Djuni menyempatkan keliling dan menanyakan seberapa banyak sampah yang sudah diolah warga. Bagi mereka yang memiliki tabungan sampah pa­ling banyak, Djuni menyediakan ha­diah pada akhir bulan. Dari kebiasaan ini muncul gagasan mendirikan bank sampah.
Pada 12 Maret 2010 Djuni dan se­jumlah tetangganya mendeklarasikan pendirian Bank Sampah Poklili. Nama Poklili merupakan kependekan dari Kelompok Peduli Ling­kungan. Pada dekla­rasi pendirian bank sampah itu, baru tercatat sepuluhdari kalangan ibu.
Melalui bank tersebut, pengolahan sampah tidak hanya pada sampah or­ganik, tetapi juga berkembang pada sampah nonorganik berupa plastik, ka­leng, kain, botol, dan sejenisnya. De­ngan kursus singkat, warga memper­oleh keterampilan mengolah sampah menjadi barangkerajinan bernilai eko­nomi.
Kegiatan yang semula berlangsung di tingkat RT berkembang ke seluruh perumahan. Kini jumlah nasabah aktif Bank Sampah Poklili sebanyak 80 orang. Para nasabah bank berkembang ke seluruh Perumahan Griya Lembah Depok. bahkan sebagian berasal dari kelurahan
Menghasilkan
Aktivitas Bank Sampah Poklili menjadi sumber pendapatan sampingan bagi warga. Pendapatan itu berasal dari penjualan kerajinan berbahan sampah dengan keuntungan rata-rata Rp300.000 per bulan. Pendapatan berikutnya berasal dari penjualan sampah kepada pengepul senilai Rp 500.000
per minggu. Uang ini dapat diambil nasabah sewaktu jika dibutuhkan.
Kegiatan pengolahan semakin lama membuat hubungan warga semakin erat dan karena sekali waktu menggunakan tabungan sampah untuk relu sama keluarga masing-masing semua menjadi sayang dengan sampah..Saking sayangnya, para Nasabah Bank Sampah Poklili menolak sampah mereka diangkut truk Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota. Para nasabah nyaris tidak membuang  sampah dengan percuma. Sempah habis menjadi pupuk ,barang kreatif bernilai ekonomi atau jatuh ke tangan pengepul setelah di simpan di bank sampah.
Sementara ini aktivitas buka pada hari Jumat. Mulai 13.00 sampai menjelang petang Djuni yang menjadi "kantor Bank Sampah Poklili di Perumahan Lembah Depok ramai didatangi Warga. Mereka membawa tabungan sampah masing-masing. Pengurus bank Sampah menimbang dan menaksir harganya dicatat di buku nasabah.
Sebagian warga mengasah keterampilan mengolah sampah di lantai dua Bank Sampah Pada hari itu juga sejumlah pengempul  sampah mendatangi bank mengangkut pesanan. Sungguh menyenangkan berada di tengah mereka, melihat semangat mengolah sampah tanpa menunggu uluran lembaga formal.
Pengembangan
Djuni ingin mengembangkan bank menjadi lembaga profesional. Pada setiap kesempatan pertemuan organisasi diikutinya, dia mempresentasikan kegiatan Bank Sampah Poklili. Begitu pula ketika ada pameran produk Djuni berusaha memasarkan hasil sil kerajinan warga.Untuk menambah wawasan para pengurus Bank Sampah poklili secara berkala mengikuti latihan pengolahan sampah di Poli­teknik Negeri Jakarta
Djuni dan pengurus bank sampah saat ini dalam proses mengenalkan nasabah dengan koperasi. Dari ke­giatan pengolahan sampah itu, peng­urus berencana membentuk koperasi karena sebenarnya kegiatan mereka sudah seperti koperasi. Jadi, uang hasil kegiatan bank sampah dapat diputar untuk kepentingan kesejahteraan war­ga.
Perlahan tetapi pasti, kampanye pengolahan sampah Bank Sampah Po­klili mendapat respons positif ma­syarakat. Sejumlah kelompok masya­rakat, siswa sekolah, dan kalangan pri­badi mengunjungi tempat itu untuk melihat pengolahan sampah dari de­kat. Djuni senang karena lebih banyak orang mengolah sampahnya secara mandiri, menurut dia, lebih baik.Paling tidak kegiatan seperti ini membantu mengurangi volume sam­pah yang dibuang ke Tempat Pem­buangan Akhir (TPA) Cipayung. Sebab, kata Djuni, kondisi•TPA satu-satunya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar